Sunday 9 October 2016

MAKALAH PEMIKIRAN HASAN AL-HANAFI PMDI



MAKALAH

PEMIKIRAN
HASAN AL-HANAFI

Disusun Oleh :
Mutiara
12531212
PAI VI D
 

PROGRAM STUDY TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) CURUP
 2015

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur senantiasa saya panjatkan kepada Allah SWT. Karena berkat rahmat dan hidayahnya saya bisa menyelesaikan makalah ini yang berjudul Pemikiran Hasan Al-Hanafi”. Dengan ini kami mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen pengampuh dan teman-teman yang telah banyak membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Jika  dalam makalah ini masih banyak kesalahan-kesalaahan dan kekurangan yang terdapat di dalam makalah yang disengaja maupun tidak sengaja. Maka dari itu saya sebagai pemakalah membutuhkan kritik maupun saran dari semua pihak agar sempurnanya makalah saya ini. Semoga makalah ini bermanfaat untuk pembaca maupun pemakalah. Disini  saya juga masih dalam proses belajar. Itu lah yang bisa saya sampaikan semoga makalah ini bisa bermenfaat buat kita semua.

              
                                                                                                                          Peyusun :




DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….
BAB I. PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah……………………………………………………….
B.     Rumusan Masalah……………………………………………………………..
C.     Tujuan …………………………………………………………………………
BAB II. PEMBAHASAN
A.    Riwayat Singkat Hidup Hasan Al-Hanafi……………………………………..
B.     Pemikiran Hasan Hanafi…………………………………………………........
a.       Kritik terhadap teologi tradisionaL……………………………………
b.      Rekontruksi Teologi…………………………………………………..
c.       Pandangan Hanafi terhadap al-Quran…………………………………
BAB III. PENUTUP
A.    Kesimpulan……………………………………………………………………
B.     Saran…………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sejarah dan kebudayaan  Islam di bagi dalam beberapa periodesasi. Pada periode klasik peradaban islam sangat maju, dilihat dari ilmu pengetahuan, kebudayaan, artitekstur yg ada pada masa itu sangat maju. Padahal di dunia barat masih gelap gulita tentang ilmu pengetahuan, kebudayaan. Bisa di katakan pada masa itu barat sangat tertinggal sekali dengan dunia Islam. Mulai pada pertengahan  barat sudah mulai bangkit sedangkan islam mulai terpuruk akibat dari serangan bangsa mongol.Ilmu pengetahuan, kebudayaan dan bahkan kehidupan di dunia islam bisa di bilang mati.
Pada masa periode modern ini islam mulai bangkit dari keterpurukan, mengejar ketertinggalan dari dunia barat.Kebangkitan-kebangkitan ini berasal dari dunia Arab. Banyak para tokoh yang mulai melakukan penggerakan untuk bisa bangkit dan melawan terhadap keadaan yang terpuruk. Para tokoh ini ada yang melakukan gerakan fisik untuk melakukan revolusioner dan ada pula tokoh yang lebih suka mengeluarkan ide-idenya untuk membangkitkan semangat dan menimbulkan kemauan untuk berubah. Ada pula tokoh yang menggabungkan antar keduanya antara perjuangan fisik dan gerakan pemikiran. Pada kesempatan kali ini akan dicoba di jabarkan  tentang seorang tokoh revolusioner mulai dari biografi, setting sosial, pemikirannya, karya-karyanya yang sampai saat ini masih bisa kita rasakan pengaruhnya, yaitu tentang tokoh Dr. Hasan al-Hanafi. 
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Riwayat Hidup Hasan Al-Hanafi ?
2.      Bagaimana Pemikiran Hasan Al-Hanafi Terhadap Teologi Tradisional dan pandangan tentang Al-Quran ?
C.    Tujuan
1.      Agar Kita dapat mengetahui bgaimana riwayat singkat Hasan Al-Hanafi.
2.      Untuk mengetahui pemikiran-pemikiran Hasan Al-Hanafi


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Riwayat Singkat Hidup Hasan Al-Hanafi

Hasan al-hanafi dilahirkan pada tanggal 13 februari 1935 di Kairo ,Mesir di dekat Benteng Salahuddin, daerah Perkampungan Al-Azhar. Perkampungan ini dekat dengan Universitas Al-Azhar dimana tempat ini merupakan tempat bertemunya para mahasiswa muslim dari berbagai dunia. Ia berasal dari keluarga musisi,pendidikannya diawali pada tahun 1948 dengan menamatkan pendidikan tingkat dasar dan melanjutkan studinya di Madrasah Tsanawiyah Khalil Agha,Kairo yang diselesaikan selama empat tahun. Meskipun lingkungan sosialnya dapat dikatakan tidak terlalu mendukung. Menurut sejarah dan kebudayaan kota Mesir telah dipengaruhi oleh peradaban-peradaban besar sejak masa Fir’aun, Romawi, Bizantium, Arab, Mamluk da Tukri dan bahkan Eropa Modern. selama di stanawiyah ia aktif mengikuti diskusi kelompok Ikwan Al-Muslimin.Hasan Hanafi adalah seseorang Intelektual sekaligus ideology Muslim berkebangsaan Mesir yang sangat Produktif.
Ia juga seorang filusuf  hukum Islam serta guru Besar Fakultas Filsafat Universitas kairo.[1]Hasan hanafi sekolah di sekolah dasar, selesai tahun 1948. Melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah “Khalil Agha” kairo selesai tahun 1952.mulai di tsanawiyah inilah, ia mulai aktif mengikuti diskusi-diskusi al-ikhwan al- muslimun. Dari kegiatannya ini pemikirannya mulai berkembang. Setelah Tsanawiyah Ia melanjutkan studi di Departemen Filsafat Universitas kairo selesai pada tahun 1956 sebagai Sarjana muda. Setelah itu Hanafi melanjutkan studi di Universitas Sorbonne Prancis dengan mengambil konsentrasi pada kajian pemikiran Barat pra-Modern dan Modern.[2] Menyelesaikan program master dan doktornya pada tahun 1966, dengan tesis Les Methodes d’Exegeses: Essei sur La Science des Fondament de La Conprehension Ilmu Ushul Fiqh dan desertasi berjudul L’Exegese de La Phenomenologie, L’etat actuel de la Methode Phenomenologie et sonapplication au Phenomene Religiux. Hasan Hanafi kecil hidup di lingkungan yang di jajah oleh bangsa asing. Kenyataan ini membangkitkan sikap patriotik dan nasionalismenya. Karena sikapnya inilah ia ahirnya memberanikan diri mendaftar sebagai sukarelawan perang melawan Israel pada tahun 1948 ketika usianya baru mencapai 13 tahun. Tetapi ia ditolak oleh pemuda Muslimin karena mereka menganggap hanafi masih terlalu muda. Ia merasa kecewa dan menganggap bahwa mesir saat itu sedang terjadi problem persatuan dan perpecahan.
Kejadian yang diaalami olehnya pada masa itu, terutama di kampus. membuatnya bangkit menjadi seorang yang pemikir, pembaharu, dan reformis. Ia merasa prihatin dengan keadaan umat islam yang tertinggal dan permasalahan internal yang berkepanjangan yang tak usai-usai. Ketika dia sekolah di Francis, ia mendapat tempat yang kondusif untuk belajar ia mulai mencari-cari jawaban atas permasalahn yang dihadapi oleh negerinya, beserta rumusan-rumusan jawaban untuk mengatasi dan menanggulangi permasalahan. Disana ia juga mulai berfikir secara metodologi lewat buku-buku karya orientalis dan perkuliahan yang ia ikuti.Ia juga sempat belajar pada seorang reformis katolik,Jean Gitton, tentang metodologi berfikir, pembaharuan dan sejarah filsafat. Ia belajar fenomenologi dar Paul Ricouer, analisis kesadaran dari Husserl, dan bimbingan penulisan tentang pembaharuan Ushul Fikih dari Prof. Masnion. Setelah kembalinya ia dari kuliah di Sarbonne Prancis pada tahun 1966, timbulah keinggin beliau untuk mengembangkan tulisan-tulisannya.

Tetapi niat ini terurung ketika tahun 1967 Mesir diserang oleh Israel. Keadaan ini menimbulkan semangat nasionalismenya muncul. Ia kemudian bersatu bersama rakyat.Hasan Hanafi juga mengajar di Universitas Cairo disela-sela waktu luangnya. Ia juga mulai giat menulis artikel-artikel untuk menanggapi permasalahan aktual yang sedang dihadapi oleh bangsanya. Ia memanfaatkan media massa dalam menyampaikan hasil pemikirannya.Ia  juga mengajar di beberapa Universitas di Luar Negeri, ia juga pernah menjadi Profesor tamu di beberapa negara seperti Perancis (1969), Prancis, Belgia, Amerika Serikat, Kuwait, Maroko dan Jepang. Pada tahun 1984-1985 ia diangkat sebagai guru besar tamu di Universitas Tokyo, dan menjadi penasihat program di Universitas PBB di Jepang pada tahun 1985-1987.
Ada hal menarik tentang alasan Hasan Hanafi pergi ke Ameika Serikat, ini berawal dari adanya keberatan dari pihak pemerintah pada aktivitasnya di Mesir sehingga ia diberi opsi ia akan tetap melanjutkan aktivitasnya atau pergi ke Amerika. Dengan desakkan dari pemerintah akhirnya Hassan Hanafi pergi ke Amerika untuk mengajar di Universitas Temple (1971-1975), dan baru kembali setelah terjadi gerakan anti-pemerintah Anwar Sadat. Dan kehidupan barunya di Negara itu memberikan ia kesempatan untuk banyak menulistentang dialok antar agama dengan revolusi. Baru setelah kembali dari Amerika ia mulai menulis tentang pembaharuan pemikiran islam secara menyeluruh.[3] Basis sosial Hasan Hanafi adalah kondisi obyektif dunia Islam pada umumnya yang masih mempresentasikan diri dengan simbol-simbol keterbelakangan kemiskinan kebodohan dan sebagainnya, sebagai musuh internal umat. Sementara kapitalisme global dengan sejumlah tawaran-tawaran entetisnya berupa proyek rasionalisasi dan sistem pengorganisasi sosial yang bersifat absolut sebagai penggolongan kebebasan manusia yang bersifat tunggal dan hegemonik. Realitas ini menghadapakan timur pada situasi yang dilematis. Di satu sisi dihadapkan pada situasi untuk menerima kapitalisme global dengan segala implikasinya  sebagai keniscayaan sejarah , sementara di sisi lain, kondisi obyektif dunia timur (Islam) masih diselimuti problem internal berupa ketidaksiapan sosiologis maupun epistimologis sebagai  basis kebudayaannya .Meskipun di negaranya sendiri (Mesir) ia kurang diterima bahkan dikecam oleh kelompok Islam konservatif-skripturalis, tapi ia selalu menyempatkan diri menulis beberapa karya ilmiah yang menekankan pada pentingnya tradisi dan pembaruan (al-Turats wa Tajdid) dalam upaya membebaskan dunia Timur (Islam) dari pengaruh Barat, sehingga tercipta kesetaraan antara al-ana yakni dunia Timur dan al-akhar  yakni dunia Eropa atau Barat.Bagi kelompok konservatif, Hassan Hanafi bahkan revolusioner-revolusioner Islam lainnya dianggap justru telah meremehkan Islam dan melemahkan posisi Islam didalam kehidupan umat manusia, dan ajaran-ajaran mereka telah terpengaruh oleh kepentingan-kepentingan dunia Barat.
Dengan dalil-dalilnya, aliran konservatif telah mengkafirkan ajaran-ajaran modernis Islam.Komitmen sebagai pemikir dan keterlibatanya dalam pergumulan perubahan sosial membawa Hasan Hanafi pada refleksi orogresif-transformatif. Kemenangan revolusi islam iran 1979 yang berhasil meruntuhkan kekuasaan syah iran dukungan AS, memberikan sebuah semangat bagi dirinya serta anakmuda lainnya untuk terlibat dalam perubahan sosial politik. Hasan Hanafi berkeyakinan bahwa islam sebagai ideologi dan sumber motivasi terbukti masih merupakan senjata ampuh bagi setiap gerakan massa. Realitas ini merupakan satu bukti pula betapa dunia timur (Islam) mempunyai tradisi lama yang sanggup memberikan spirit bagi perubahan sosial politik.
B.     Pemikiran Hasan Hanafi
Hasan al-hanafi mempunyai banyak sekali pemikiran dalam dunia islam. Ada hasil pemikiran beliau dalam hal “politik” yang sangat terkenal yaitu Kiri Islam dan dalam bidang tafsir karyanya adalah Hermeneutika Al-quran. Ada juga tentang oksidentalisme. Disini akan coba di jelaskn beberapa inti pemikiran dari Hasan Hanafi.
a.  Kritik terhadap teologi tradisional[4]
Dalam gagasan tentang rekonduksi Teologi Tradisional,Hanafi menegaskan perlunya mengubah orientasi perangkat konseptual system kepercayaan(Teologi) sesuai dengan perubahan kontek politik yang terjadi.teologi tradisional lahir dalam konteks sejarah ketika inti keislaman system kepercayaan,yakni transedensi tuhan,diserang oleh wakil dari sekte dan budaya lama.teologi itu dimaksudkan untuk mempertahankan doktrin utama dan memelihara kemurniannya.
Hasan al- hanafi memandang bahwa teologi bukanlah pemikiran murni yang hadir dalam kehampaan kesejarahan,melainkan merefleksikan konflik-konflik social politik.menurut Hanafi teologi sesungguhnya bukan ilmu tentang tuhan,yang secara itimologis berasal dari kata Theos dan logos melainkan ilmu tentang kata(ilm al-kalam) karena tuhan tidak tunduk kepada ilmu,Tuhan mengungkapkan diri dalam sabdanya yang berupa wahyu.Ilmu kata adalah tafsir yaitu ilmu hermeneutic yang mempelajari analisis percakapan(discourse analisys),bukan saja dari segi bentuk-bentuk murni ucapan melainkan dari segi konteksny,yakni pengertian yang merujuk kepada dunia.

Secara Praxis,Hanafi juga menunjukan bahwa teologi tradisional tidak dapat menjadi sebuah “pandangan yang benar-benar hidup”dan member motivasi tindakan dalam kehidupan kongkret umat manusia .Secara praxis teologi tradisional gagal menjadi semacm ideology yang sungguh-sungguh fungsional bagi kehidupan nyata masyarakat muslim.ia menyatakan,baik secara individual maupun social,umat ini dilanda keterceraiberaian dan terkoyak-koyak.secara individual fikiran manusia terputus dengan kesadaran.perkataan maupun perbuatannya.
Secara historis,teologi telah meyikap adanya benturan berbagai kepentingan dan sarat  dengan konflik social-politik. Teologi telah gagal pada dua tingkat:
1.    Tingkat teoretis,yaitu gagal mendapat pembuktian ilmiah dan filosofis
2.    Tingkat Praxis,yaitu gagal karena hanya menciptakan apatisme dan negativism
Beberapa Tawaran Model-model Rekontruksi untuk mengubah keadaan umat dalam menghadapi Zaman Modern,menurut Hasan Al-Hanafi,yaitu:[5]
1.      Dari Tuhan ke Bumi
Yang dimaksudkan oleh Hanafi adalah kepercayaan akan adanya tuhan yang Maha Pencipta yang harus dimplementasikan dalam bentuk pengelolahan dan pengelolahan bumi sebagai sumber kehidupan manusia.
2.      Dari Keabadian ke Waktu
Hanafi berpendapat bahwa pembangunan tidak akan berlangsung jika berorientasi keabadian.Menurut Hanafi,hal ini dikarenakan pembangunan,berarti tahapan-tahapan dalam waktu yang harus diikuti sesuai perencanaan.sedangkan yang dimaksudkan hanafi dengan keabadian adalah kehidupan pasca dunia,yang merupakan tujuan akhir setiap pemeluk agama.
3.      Dari Takdir ke Kehendak bebas
Adalah pembangunan akan sangat menguntungkan apabila prioritas diberikan kepada kehendak bebas manusia daripada takdir tuhan.
4.      Dari Otoritas ke Akal
Hanafi begitu Gencarnya mendorong umat islam agar mendayagunakan akal,sampai-sampai ia mengatakan “akal sama dengan wahyu dan keduanya sama dengan alam”.
5.      Dari Teori ke Tindakan
Hanafi menyatakan bahwa dalam islam perbuatan yang baik merupakan satu-satunya manifestasi iman.iman tanpa tindakan adalah omong kosong.dengan tegas ia mengatakan bahwa tindakan yang benar yang didasarkan pada teori yang salah adalah lebih baik daripada teori yang benar tanpa tindakan.
6.      Dari Kharisma ke Partisipasi Massa
Hanafi memandang perlu perubahan orientasi dari kepemimpinan kharismatis menuju komunitas massa.ia menegaskan bahwa sholat berjamaah bernilai lebih besar dari pada sholat sendiri;tujuan puasa adalah untuk merasakan adanya orang lain;dan haji dapat menjadi persidangan tahunan untuk perancanaan komunitas.
7.      Dari Jiwa ke Tubuh
Hanafi lebih cendrung eksoteris dalam memandang kemanusian,masalah tubuh,katanya,adalah masalah utama ketiga didunia yakni;kelaparan,kekeringan,perumahan,tranfortasi dan sebagainya.
8.      Dari Eskatologi ke Futurologi
Eskatologi berarti masa depan manusia dan dunia.manusia harus mempersiapkan diri untuk sebuah masa depan yang baik dan membuat dunia ini menjadi dunia yang sebaik-baiknya.
Dari tawaran model rekontruksi diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa hasan hanafi adalah seorang ideolog yang menawarkan ideology alternative bagi pembangunan umat islam. Pemikiran-pemikiran Hanafi lebih berorientasi pada exiztansi manusia (antroposentris).pemikiran-pemikirannya tidak berenti pada tataran ideologis konsepsional dan filosofis,tetapi berusaha untuk mengajukan langkah-langkah operasionalnya.
b. Rekontruksi Teologi
Untuk memfungsikan teologi menjadi ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi masa kini.Hasan Hanafi melakukan kontruksi dan revisi serta membangun kembali epistemology lama yang rancu dan palsu menuju epistemology baru yang sahih dan lebih signifikan.Tujuan rekontruksi teologi hanafi adalah menjadikan teologi tidak sekedar dogma-dogma keagamaan yang kosong,melainkan menjelma sebagai ilmu tentang pejuang social,yang menjadikan keimanan-keimanan memiliki fungsi secara actual sebagai landasan etik dan motivasi manusia.
Langkah-langkah melakukan rekontruksi teologi dilatarbelakangi[6] oleh:
1.      Kebutuhan akan adanya ideology yang jelas ditengah-tengah pertarungan global antara berbagai ideology.
2.      Pentingnya ideology baru ini bukan semata pada sisi teoritisnya,melainkan juga terletak pada kepentingan praktis untuk secara nyata mewujudkan ideology sebagai gerakan dari sejarah.salah satu kepentingan teologi ini adalah  memecahkan problem kependudukan tanah di Negara-negara muslim.
3.      Kepentingan teology yang bersifat praktis(amaliyah fi’liyah)yaitu secara nyata mewujudkan dalam realitas melalui realisasi tauhid dalam dunia islam.hanafi menghendaki adanya “teology dunia”yaitu teologi baru yang dapat mempersatukan umat islam dibawa satu orde.
Menurut Hanafi rekontruksi teologi merupakan salah satu cara yang mesti ditempuh jika mengharapkan agar teologi dapat memberikan sumbangan yang konkret bagi sejarah kemanusiaan. Selanjutnya Hanafi menawarkan dua hal untuk memperoleh kesempurnaan teori ilmu[7] dalam teologi islam,yaitu:

1.      Analisis Bahasa
Bahasa serta Istilah-Istilah dalam teologi tradisional adlah warisan nenek moyang dibidang teologi yang merupakan bahasa Khas yang seolah-olah menjadi ketentuan sejak dulu.teologi tradisional memiliki istilah-istilah khas seperti Allah,Iman,Akhirat.Menurut Hanafi semua ini sebenarnya meyingkapkan sifat-sifat dan metode keilmuan,ada yang empiric-rasional seperti iman,amal dan imamah,dan ada yang historis seperti nubuwah serta adapula yang metafisik seperti Allah dan Akhirat.
2.      Analisis Realitas
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui latar belakang historis-sosiologis munculnya teologi dimasa lalu,mendeskripsikan pengaruh-pengaruh nyata bagi kehidupan masyarakat dan bagaimana ia mempunyai kekuatan mengarahkan terhadap perilaku para pendukungnya.analisis realitas ini berguna untuk menentukan stressing kearah mana teologi kontemporer harus diorientasikan.
c. Pandangan Hanafi terhadap al-Quran
Hasan hanafi adalah seorang tokoh konrtemporer, tetapi dalam pemikirannya ia berbeda dengan kebanyakan ulama lainnya. Ia tidak mempermasalahkan keotentikan dan keabsahan teks al-Quran. Menurut Hanafi dari sekian banyak kitab suci yang di turunkan oleh Allah swt hanya al-Quranlah yang bisa di jamin keasliannya saat ini. Hanafi juga sepakat dengan ulama terdahulu hanafi menyatakan bahwasanya Allah swt menurunkan al-Quran secara vertikal kepada nabi Muhammad melalui malaikat Jibril. Dalam proses vertikal ini Malaikat dan Nabi Muhammad bertindak sebagi Passive transmiters. Keduanya bertindak sebagai sebagai record sepenuhnya, sehingga wahyu allah bersifat verbatim.[8]
Sebagai passive transmitters, Malaikat Jibril dan Nabi Muhammad menyampaikan apa adanya wahyu yang mereka terima dari Allah. Sebagai contoh, ada beberapa surat Al-Qur’an yang dimulai dengan huruf-huruf muqaṭṭa’ah seperti Nūn, Qāf, Yāsīn dan lain sebagainya, kemudian terdapat pula ayat yang mengkritik Nabi Muhammad seperti yang terdapat pada awal surat Abbasa. Keberadaan ayat-ayat semacam ini merupakan bukti internal bahwa Al-Qur’an otentik, terbebas dari campur tangan Nabi Muhammad[9].Hanafi juga meyakini bahwa semua ayat dalam al-Quran itu mempunyai asbabul nuzul.Menurut Hasan Hanafi al-Quran sebagai wahyu mempunyai 3 keunggulan dibandingkan dengan kitab-kitab lainnya.
  1. Al-Quran adalah kitab terakhir dalam sejarah kenabian sejak nabi Adam as sampai nabi Muhammad saw. Sebagai kitab terakhir adalah ia yang kitab yang sempurna bentuknya, dan oleh karena itu ia dijadikan sumber syariat tanpa harus menunggu perubahan, penggantian dan penghapusan.
  2. Al-Quran adalah kitab yang paling di jamin keotentikannya, tidak ada perubahan di dalamnya. Berbeda dengan kitab-kitab sebelumnya yang terdapat perubahan didalamnya.
  3. Al-Quran adalah kitab suci yang terakhir diturunkan dan tidak sekaligus melainkan bertahap sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pada saat itu. Ayat-ayat al-Quran yang turun sebagai penyelesaian atas kondisi pada saat itu. Ayat-ayat tersebut terkumpul selama 23 tahun dan sekarang kita kenal dengan mushaf al-Quran. Menurut Hasan Hanafi membaca teks sama saja dengan memahaminya. Teks adalah perubahan kehendak dari lisan menjadi tulis. Menurutnya teks bukanlah dokumen yang lebih dekat kepada catatan kuno tetapi realitas yang hidup dalam keadaan diam, yang akan terbangkit melalui pembacaan sehinnga hidup kembali dalam berbagai bentuk. Teks bukan saja sebagai bentuk dokumentasian yang bertujuan untuk melestarikan dan untuk mencatat melainkan cermin keotoritasan pengorentasian, koodifikasi dan penetapan hukum.
  1. Pandangan Hasan Hanafi terhadap Penfsiran Klasik al-Quran
Awal mula Hanafi mengemukakan pendapatnya tentang al-Quran adalah ketika dia tidak merasa puas dengan teori klasik yang telah dibangun oleh ulama tafsir. Ia beranggapan bahwa  teori yang dipakai tidak memiliki teori yang solid yang memiliki prinsip-prinsip yang teruji dan terseleksi. Karena penafsiran model klasik ini tidak menginjak pada level syarah (komentar), tafsil (detailisasi) dan tikrar (pengulangan) serta penjelas tentang apa point-point yang harus di tekankan ketika menafsirkan ayat/surah tertentu. disisi lain ia mengabaikan kehidupan, problem, kebutuhan manusia yanag mengakibatkan teks tersebut hanya berkutat pada dirinya sendiri.Teori tafsir adalh teori yang menghbungkan antara wahyu dan realitaz( antara dunia dan akhirat dan manusia dg tuhan). Menurut Hasan Hanafi problematika penafsiran al-Quran klasik ada 2 hal yang berpengaruh besar. Pertama tentang krisis Orientasi dan yang kedua adalah krisis Epistimologi.

a.         Krisis Orientasi Hanafi menginginkan penafsiran al-Quran menjadi sumber rujukan utama dalam bidang keilmuan lainnya seperti filsafat, fiqih, tasawuf ushul fiqih dll. Penafsiran klasik tidak pernah tuntas dan tafsir ini hanya terjebak pada orientasi metodologis dari disiplin ilmu klasik islam.
Dalam penafsiran ini al-Quran lebih banyak digunakan sebagai justifikasi atas posisi keilmuan lain daripada memahaninya secara sunggung-sungguh. al-Quran dipaksakan untuk menguatkan posisi ilmu yang lain. Orientasi tafsir klasik menurut hasan hanafi mempunyai 3 kelemahan. Pertama penafsiran ini lebih bersifat teosentris daripada antroposentris. Kedua, berujukan kepada lingkup islam klasik, dan yang terakhir tidak pernah dimulai dengan mengkritik.
b.  Krisis epistimologis Kebanyakan tafsir yang klasik hanya skedar menjelaskan masalah-masalah yang tidak menyinggung dengan permasalahan masyarakat. Di dalamnya hanya mengulang-ngulang saja pendapat para ulama terdahulu dan mengemasnya dengan berbagai argumen.
  
BAB III
PENUTUP
A.       Kesimpulan
Hasan Hanafi adalah tokoh pemikir modern dan penggerak dalam dunia islam. Ia mempunyai berbagai pemikiran yang reformis dan revolusioner dalam pembaharu pemikiran-pemikiran islam. Ide-ide pemikiran ini berada pada berbagai bidang, tetapi hanya beberapa pemikiran beliau yang sangat fenomenal dan sangat berpengaruh hingga sekarang.
Teori ini ingin menghapus adanya sekat-sekat yang ada dalam realitas masyarakat seperti tuan dengan hambanya, atasan dengan bawahannya, si kaya dan si miskin, dll.Inti pemikiran yang kedua yaitu dengan tentang Hermeneutika Al-Quran. Pemikiran mengkritik tentang model penafsiran klasik yang hanya berkutat menafsirkan yang berhubungan dengan teosentris saja tanpa ada pengaruh terhadap realita kehidupan.
 Ia juga memberikan model-model penafsiran yang berhubungan keadaan sekarang.Pemikiran yang ketiga adalah tentang oksidentalisme, dimana ia orang pertama yang mencetuskan tentang term oksidentalisme. Pemikiran ini muncul sebagai reaksi dia terhadap hegemoni bangsa barat yang selalu mendominasi setiap unsur kehidupan.
B.       Saran
Demikian Makalah yang saya jelaskan diatas,Mungkin ini adalah gambaran sekilas tentang pemikiran hasan hanafi yang dapat kami sampaikan. Tentunya banyak sekali pemikiran dari Hasan Hanafi yang belum sempat terbahas. pembahasan di atas hanyalah sebagian kecil dari hasil pemikirannnya.saya harap  Makalah ini dapat memberi manfaat khususnya bagi saya dan teman-teman prodi PAI khususnya lokal VI D, kritik dan saran sangat saya harapkan atas kekurangan Makalah yang saya buat dan tak lupa pula saya memohon maaf apabila terdapat kesalahan baik disengaja atau pun tidak disengaja.











[1] Anwar,Rosihon,ilmu kalam,Bandung:cv.pusaka setia,2003 hal 233
[2] Ibid,hal.234
[4] Ibid hal.234
[5] Didin Saefuddin,Pemikiran modern dan postmodern islam:Jakarta,PT.Grasindo,2003 hal.186
[6]  Anwar,Rosihon,ilmu kalam,Bandung:cv.pusaka setia,2003 hal237
[7] Ibid hal.237-238
[8]  Hanafi, Hasan.Hermeneutika Al-Quran?.(Yogyakarta .2010) hlm 41
[9]  Sholahuddin, Devi Muharrom. Kritik Terhadap Metodologi Tafsir Al-Qur’an Hasan Hanafi.2010

No comments:

Post a Comment