MAKALAH
PEMIKIRAN
HASAN AL-HANAFI
Disusun Oleh :
Mutiara
12531212
PAI VI D
PROGRAM STUDY TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM NEGERI (STAIN) CURUP
2015
KATA
PENGANTAR
Segala puji dan syukur
senantiasa saya
panjatkan kepada Allah SWT. Karena berkat rahmat dan hidayahnya saya bisa menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Pemikiran Hasan
Al-Hanafi”. Dengan
ini kami mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen pengampuh dan teman-teman yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Jika dalam makalah ini masih banyak
kesalahan-kesalaahan dan kekurangan yang
terdapat di dalam makalah yang disengaja maupun tidak sengaja. Maka dari itu saya sebagai pemakalah
membutuhkan kritik maupun saran dari semua pihak agar sempurnanya makalah saya ini. Semoga makalah ini
bermanfaat untuk pembaca maupun pemakalah. Disini saya
juga masih dalam proses belajar. Itu lah yang bisa saya sampaikan semoga
makalah ini bisa bermenfaat buat
kita semua.
Peyusun :
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL..........................................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….
BAB
I. PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah……………………………………………………….
B.
Rumusan
Masalah……………………………………………………………..
C. Tujuan …………………………………………………………………………
BAB
II. PEMBAHASAN
A.
Riwayat
Singkat Hidup Hasan Al-Hanafi……………………………………..
B.
Pemikiran
Hasan Hanafi…………………………………………………........
a.
Kritik
terhadap teologi tradisionaL……………………………………
b.
Rekontruksi
Teologi…………………………………………………..
c. Pandangan Hanafi terhadap al-Quran…………………………………
BAB
III. PENUTUP
A.
Kesimpulan……………………………………………………………………
B. Saran…………………………………………………………………………..
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sejarah dan kebudayaan Islam di bagi dalam beberapa
periodesasi. Pada periode klasik peradaban islam sangat maju, dilihat dari ilmu
pengetahuan, kebudayaan, artitekstur yg ada pada masa itu sangat maju. Padahal
di dunia barat masih gelap gulita tentang ilmu pengetahuan, kebudayaan. Bisa di
katakan pada masa itu barat sangat tertinggal sekali dengan dunia Islam. Mulai
pada pertengahan barat sudah mulai
bangkit sedangkan islam mulai terpuruk akibat dari serangan bangsa mongol.Ilmu
pengetahuan, kebudayaan dan bahkan kehidupan di dunia islam bisa di bilang
mati.
Pada masa periode modern ini islam mulai bangkit dari
keterpurukan, mengejar ketertinggalan dari dunia barat.Kebangkitan-kebangkitan
ini berasal dari dunia Arab. Banyak para tokoh yang mulai melakukan penggerakan
untuk bisa bangkit dan melawan terhadap keadaan yang terpuruk. Para tokoh ini
ada yang melakukan gerakan fisik untuk melakukan revolusioner dan ada pula
tokoh yang lebih suka mengeluarkan ide-idenya untuk membangkitkan semangat dan
menimbulkan kemauan untuk berubah. Ada pula tokoh yang menggabungkan antar
keduanya antara perjuangan fisik dan gerakan pemikiran. Pada kesempatan kali
ini akan dicoba di jabarkan tentang seorang tokoh revolusioner mulai dari
biografi, setting sosial, pemikirannya, karya-karyanya yang sampai saat ini
masih bisa kita rasakan pengaruhnya, yaitu tentang tokoh Dr. Hasan al-Hanafi.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana
Riwayat Hidup Hasan Al-Hanafi ?
2. Bagaimana
Pemikiran Hasan Al-Hanafi Terhadap Teologi Tradisional dan pandangan tentang
Al-Quran ?
C.
Tujuan
1. Agar Kita dapat
mengetahui bgaimana riwayat singkat Hasan Al-Hanafi.
2.
Untuk mengetahui pemikiran-pemikiran Hasan
Al-Hanafi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Riwayat Singkat Hidup Hasan Al-Hanafi
Hasan al-hanafi
dilahirkan pada tanggal 13 februari 1935 di Kairo ,Mesir di dekat Benteng
Salahuddin, daerah Perkampungan Al-Azhar. Perkampungan ini dekat dengan
Universitas Al-Azhar dimana tempat ini merupakan tempat bertemunya para
mahasiswa muslim dari berbagai dunia. Ia berasal dari keluarga
musisi,pendidikannya diawali pada tahun 1948 dengan menamatkan pendidikan
tingkat dasar dan melanjutkan studinya di Madrasah Tsanawiyah Khalil Agha,Kairo yang diselesaikan selama empat tahun.
Meskipun lingkungan sosialnya dapat dikatakan tidak terlalu mendukung. Menurut
sejarah dan kebudayaan kota Mesir telah dipengaruhi oleh peradaban-peradaban
besar sejak masa Fir’aun, Romawi, Bizantium, Arab, Mamluk da Tukri dan bahkan
Eropa Modern. selama di stanawiyah ia aktif mengikuti diskusi kelompok Ikwan
Al-Muslimin.Hasan Hanafi adalah seseorang Intelektual sekaligus ideology Muslim
berkebangsaan Mesir yang sangat Produktif.
Ia juga seorang filusuf hukum Islam serta guru Besar Fakultas Filsafat
Universitas kairo.[1]Hasan
hanafi sekolah di sekolah dasar, selesai tahun 1948. Melanjutkan ke Madrasah
Tsanawiyah “Khalil Agha” kairo selesai tahun 1952.mulai di tsanawiyah inilah,
ia mulai aktif mengikuti diskusi-diskusi al-ikhwan al- muslimun. Dari
kegiatannya ini pemikirannya mulai berkembang. Setelah Tsanawiyah Ia
melanjutkan studi di Departemen Filsafat Universitas kairo selesai pada tahun
1956 sebagai Sarjana muda. Setelah itu Hanafi melanjutkan studi di Universitas
Sorbonne Prancis dengan mengambil konsentrasi pada kajian pemikiran Barat pra-Modern
dan Modern.[2]
Menyelesaikan program master dan doktornya pada tahun 1966, dengan tesis Les
Methodes d’Exegeses: Essei sur La Science des Fondament de La Conprehension
Ilmu Ushul Fiqh dan desertasi berjudul L’Exegese de La Phenomenologie,
L’etat actuel de la Methode Phenomenologie et sonapplication au Phenomene
Religiux. Hasan Hanafi kecil hidup di lingkungan yang di jajah oleh bangsa
asing. Kenyataan ini membangkitkan sikap patriotik dan nasionalismenya. Karena
sikapnya inilah ia ahirnya memberanikan diri mendaftar sebagai sukarelawan
perang melawan Israel pada tahun 1948 ketika usianya baru mencapai 13 tahun.
Tetapi ia ditolak oleh pemuda Muslimin karena mereka menganggap hanafi masih
terlalu muda. Ia merasa kecewa dan menganggap bahwa mesir saat itu sedang
terjadi problem persatuan dan perpecahan.
Kejadian yang diaalami olehnya pada
masa itu, terutama di kampus. membuatnya bangkit menjadi seorang yang pemikir,
pembaharu, dan reformis. Ia merasa prihatin dengan keadaan umat islam yang
tertinggal dan permasalahan internal yang berkepanjangan yang tak usai-usai.
Ketika dia sekolah di Francis, ia mendapat tempat yang kondusif untuk belajar
ia mulai mencari-cari jawaban atas permasalahn yang dihadapi oleh negerinya,
beserta rumusan-rumusan jawaban untuk mengatasi dan menanggulangi permasalahan.
Disana ia juga mulai berfikir secara metodologi lewat buku-buku karya
orientalis dan perkuliahan yang ia ikuti.Ia juga sempat belajar pada seorang
reformis katolik,Jean Gitton, tentang metodologi berfikir, pembaharuan dan
sejarah filsafat. Ia belajar fenomenologi dar Paul Ricouer, analisis kesadaran
dari Husserl, dan bimbingan penulisan tentang pembaharuan Ushul Fikih dari
Prof. Masnion. Setelah kembalinya ia dari kuliah di Sarbonne Prancis pada tahun
1966, timbulah keinggin beliau untuk mengembangkan tulisan-tulisannya.
Tetapi niat ini terurung ketika
tahun 1967 Mesir diserang oleh Israel. Keadaan ini menimbulkan semangat
nasionalismenya muncul. Ia kemudian bersatu bersama rakyat.Hasan Hanafi juga
mengajar di Universitas Cairo disela-sela waktu luangnya. Ia juga mulai giat
menulis artikel-artikel untuk menanggapi permasalahan aktual yang sedang
dihadapi oleh bangsanya. Ia memanfaatkan media massa dalam menyampaikan hasil pemikirannya.Ia juga mengajar di beberapa Universitas di Luar
Negeri, ia juga pernah menjadi Profesor tamu di beberapa negara seperti
Perancis (1969), Prancis, Belgia, Amerika Serikat, Kuwait, Maroko dan Jepang.
Pada tahun 1984-1985 ia diangkat sebagai guru besar tamu di Universitas Tokyo,
dan menjadi penasihat program di Universitas PBB di Jepang pada tahun
1985-1987.
Ada hal menarik tentang alasan Hasan Hanafi pergi ke Ameika Serikat, ini
berawal dari adanya keberatan dari pihak pemerintah pada aktivitasnya di Mesir
sehingga ia diberi opsi ia akan tetap melanjutkan aktivitasnya atau pergi ke
Amerika. Dengan desakkan dari pemerintah akhirnya Hassan Hanafi pergi ke
Amerika untuk mengajar di Universitas Temple (1971-1975), dan baru kembali
setelah terjadi gerakan anti-pemerintah Anwar Sadat. Dan kehidupan barunya di
Negara itu memberikan ia kesempatan untuk banyak menulistentang dialok antar
agama dengan revolusi. Baru setelah kembali dari Amerika ia mulai menulis
tentang pembaharuan pemikiran islam secara menyeluruh.[3]
Basis sosial Hasan Hanafi adalah kondisi obyektif dunia Islam pada umumnya yang
masih mempresentasikan diri dengan simbol-simbol keterbelakangan kemiskinan
kebodohan dan sebagainnya, sebagai musuh internal umat. Sementara kapitalisme
global dengan sejumlah tawaran-tawaran entetisnya berupa proyek rasionalisasi
dan sistem pengorganisasi sosial yang bersifat absolut sebagai penggolongan
kebebasan manusia yang bersifat tunggal dan hegemonik. Realitas ini
menghadapakan timur pada situasi yang dilematis. Di satu sisi dihadapkan pada
situasi untuk menerima kapitalisme global dengan segala implikasinya
sebagai keniscayaan sejarah , sementara di sisi lain, kondisi obyektif dunia
timur (Islam) masih diselimuti problem internal berupa ketidaksiapan sosiologis
maupun epistimologis sebagai basis kebudayaannya
.Meskipun di negaranya sendiri (Mesir) ia kurang diterima bahkan dikecam oleh
kelompok Islam konservatif-skripturalis, tapi ia selalu menyempatkan diri
menulis beberapa karya ilmiah yang menekankan pada pentingnya tradisi dan
pembaruan (al-Turats wa Tajdid) dalam upaya membebaskan dunia Timur
(Islam) dari pengaruh Barat, sehingga tercipta kesetaraan antara al-ana yakni
dunia Timur dan al-akhar yakni dunia Eropa atau Barat.Bagi
kelompok konservatif, Hassan Hanafi bahkan revolusioner-revolusioner Islam
lainnya dianggap justru telah meremehkan Islam dan melemahkan posisi Islam
didalam kehidupan umat manusia, dan ajaran-ajaran mereka telah terpengaruh oleh
kepentingan-kepentingan dunia Barat.
Dengan dalil-dalilnya, aliran konservatif telah mengkafirkan
ajaran-ajaran modernis Islam.Komitmen sebagai pemikir dan keterlibatanya dalam
pergumulan perubahan sosial membawa Hasan Hanafi pada refleksi
orogresif-transformatif. Kemenangan revolusi islam iran 1979 yang berhasil
meruntuhkan kekuasaan syah iran dukungan AS, memberikan sebuah semangat bagi
dirinya serta anakmuda lainnya untuk terlibat dalam perubahan sosial politik.
Hasan Hanafi berkeyakinan bahwa islam sebagai ideologi dan sumber motivasi terbukti
masih merupakan senjata ampuh bagi setiap gerakan massa. Realitas ini merupakan
satu bukti pula betapa dunia timur (Islam) mempunyai tradisi lama yang sanggup
memberikan spirit bagi perubahan sosial politik.
B.
Pemikiran Hasan Hanafi
Hasan al-hanafi mempunyai banyak sekali pemikiran
dalam dunia islam. Ada hasil pemikiran beliau dalam hal “politik” yang sangat
terkenal yaitu Kiri Islam dan dalam bidang tafsir karyanya adalah Hermeneutika
Al-quran. Ada juga tentang oksidentalisme. Disini akan coba di jelaskn beberapa
inti pemikiran dari Hasan Hanafi.
a. Kritik terhadap teologi tradisional[4]
Dalam gagasan tentang rekonduksi
Teologi Tradisional,Hanafi menegaskan perlunya mengubah orientasi perangkat
konseptual system kepercayaan(Teologi) sesuai dengan perubahan kontek politik
yang terjadi.teologi tradisional lahir dalam konteks sejarah ketika inti
keislaman system kepercayaan,yakni transedensi tuhan,diserang oleh wakil dari
sekte dan budaya lama.teologi itu dimaksudkan untuk mempertahankan doktrin utama
dan memelihara kemurniannya.
Hasan al- hanafi
memandang bahwa teologi bukanlah pemikiran murni yang hadir dalam kehampaan
kesejarahan,melainkan merefleksikan konflik-konflik social politik.menurut
Hanafi teologi sesungguhnya bukan ilmu tentang tuhan,yang secara itimologis
berasal dari kata Theos dan logos melainkan ilmu tentang kata(ilm al-kalam) karena tuhan tidak tunduk
kepada ilmu,Tuhan mengungkapkan diri dalam sabdanya yang berupa wahyu.Ilmu kata
adalah tafsir yaitu ilmu hermeneutic yang mempelajari analisis
percakapan(discourse analisys),bukan saja dari segi bentuk-bentuk murni ucapan
melainkan dari segi konteksny,yakni pengertian yang merujuk kepada dunia.
Secara Praxis,Hanafi juga
menunjukan bahwa teologi tradisional tidak dapat menjadi sebuah “pandangan yang
benar-benar hidup”dan member motivasi tindakan dalam kehidupan kongkret umat
manusia .Secara praxis teologi tradisional gagal menjadi semacm ideology yang
sungguh-sungguh fungsional bagi kehidupan nyata masyarakat muslim.ia
menyatakan,baik secara individual maupun social,umat ini dilanda
keterceraiberaian dan terkoyak-koyak.secara individual fikiran manusia terputus
dengan kesadaran.perkataan maupun perbuatannya.
Secara historis,teologi telah
meyikap adanya benturan berbagai kepentingan dan sarat dengan konflik social-politik. Teologi telah gagal
pada dua tingkat:
1.
Tingkat
teoretis,yaitu gagal mendapat pembuktian ilmiah dan filosofis
2.
Tingkat
Praxis,yaitu gagal karena hanya menciptakan apatisme dan negativism
Beberapa Tawaran Model-model Rekontruksi
untuk mengubah keadaan umat dalam menghadapi Zaman Modern,menurut Hasan
Al-Hanafi,yaitu:[5]
1. Dari Tuhan ke Bumi
Yang dimaksudkan oleh Hanafi adalah
kepercayaan akan adanya tuhan yang Maha Pencipta yang harus dimplementasikan
dalam bentuk pengelolahan dan pengelolahan bumi sebagai sumber kehidupan
manusia.
2. Dari Keabadian ke Waktu
Hanafi berpendapat bahwa pembangunan
tidak akan berlangsung jika berorientasi keabadian.Menurut Hanafi,hal ini
dikarenakan pembangunan,berarti tahapan-tahapan dalam waktu yang harus diikuti
sesuai perencanaan.sedangkan yang dimaksudkan hanafi dengan keabadian adalah
kehidupan pasca dunia,yang merupakan tujuan akhir setiap pemeluk agama.
3. Dari Takdir ke Kehendak bebas
Adalah pembangunan akan sangat
menguntungkan apabila prioritas diberikan kepada kehendak bebas manusia
daripada takdir tuhan.
4. Dari Otoritas ke Akal
Hanafi begitu Gencarnya mendorong umat
islam agar mendayagunakan akal,sampai-sampai ia mengatakan “akal sama dengan
wahyu dan keduanya sama dengan alam”.
5. Dari Teori ke Tindakan
Hanafi menyatakan bahwa dalam islam
perbuatan yang baik merupakan satu-satunya manifestasi iman.iman tanpa tindakan
adalah omong kosong.dengan tegas ia mengatakan bahwa tindakan yang benar yang
didasarkan pada teori yang salah adalah lebih baik daripada teori yang benar
tanpa tindakan.
6. Dari Kharisma ke Partisipasi Massa
Hanafi memandang perlu perubahan
orientasi dari kepemimpinan kharismatis menuju komunitas massa.ia menegaskan
bahwa sholat berjamaah bernilai lebih besar dari pada sholat sendiri;tujuan
puasa adalah untuk merasakan adanya orang lain;dan haji dapat menjadi
persidangan tahunan untuk perancanaan komunitas.
7. Dari Jiwa ke Tubuh
Hanafi lebih cendrung eksoteris dalam
memandang kemanusian,masalah tubuh,katanya,adalah masalah utama ketiga didunia
yakni;kelaparan,kekeringan,perumahan,tranfortasi dan sebagainya.
8. Dari Eskatologi ke Futurologi
Eskatologi berarti masa depan manusia
dan dunia.manusia harus mempersiapkan diri untuk sebuah masa depan yang baik
dan membuat dunia ini menjadi dunia yang sebaik-baiknya.
Dari tawaran model rekontruksi
diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa hasan hanafi adalah seorang ideolog
yang menawarkan ideology alternative bagi pembangunan umat islam. Pemikiran-pemikiran
Hanafi lebih berorientasi pada exiztansi manusia
(antroposentris).pemikiran-pemikirannya tidak berenti pada tataran ideologis
konsepsional dan filosofis,tetapi berusaha untuk mengajukan langkah-langkah
operasionalnya.
b.
Rekontruksi
Teologi
Untuk memfungsikan teologi menjadi
ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi masa kini.Hasan Hanafi melakukan kontruksi dan
revisi serta membangun kembali epistemology lama yang rancu dan palsu menuju
epistemology baru yang sahih dan lebih signifikan.Tujuan rekontruksi teologi
hanafi adalah menjadikan teologi tidak sekedar dogma-dogma keagamaan yang
kosong,melainkan menjelma sebagai ilmu tentang pejuang social,yang menjadikan
keimanan-keimanan memiliki fungsi secara actual sebagai landasan etik dan
motivasi manusia.
Langkah-langkah melakukan rekontruksi teologi dilatarbelakangi[6]
oleh:
1. Kebutuhan akan adanya ideology yang
jelas ditengah-tengah pertarungan global antara berbagai ideology.
2. Pentingnya ideology baru ini bukan
semata pada sisi teoritisnya,melainkan juga terletak pada kepentingan praktis
untuk secara nyata mewujudkan ideology sebagai gerakan dari sejarah.salah satu
kepentingan teologi ini adalah
memecahkan problem kependudukan tanah di Negara-negara muslim.
3. Kepentingan teology yang bersifat
praktis(amaliyah fi’liyah)yaitu secara nyata mewujudkan dalam realitas melalui
realisasi tauhid dalam dunia islam.hanafi menghendaki adanya “teology
dunia”yaitu teologi baru yang dapat mempersatukan umat islam dibawa satu orde.
Menurut Hanafi rekontruksi teologi
merupakan salah satu cara yang mesti ditempuh jika mengharapkan agar teologi
dapat memberikan sumbangan yang konkret bagi sejarah kemanusiaan. Selanjutnya Hanafi
menawarkan dua hal untuk memperoleh kesempurnaan teori ilmu[7]
dalam teologi islam,yaitu:
1. Analisis Bahasa
Bahasa serta Istilah-Istilah dalam
teologi tradisional adlah warisan nenek moyang dibidang teologi yang merupakan
bahasa Khas yang seolah-olah menjadi ketentuan sejak dulu.teologi tradisional
memiliki istilah-istilah khas seperti Allah,Iman,Akhirat.Menurut Hanafi semua
ini sebenarnya meyingkapkan sifat-sifat dan metode keilmuan,ada yang
empiric-rasional seperti iman,amal dan imamah,dan ada yang historis seperti
nubuwah serta adapula yang metafisik seperti Allah dan Akhirat.
2. Analisis Realitas
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui
latar belakang historis-sosiologis munculnya teologi dimasa
lalu,mendeskripsikan pengaruh-pengaruh nyata bagi kehidupan masyarakat dan
bagaimana ia mempunyai kekuatan mengarahkan terhadap perilaku para
pendukungnya.analisis realitas ini berguna untuk menentukan stressing kearah mana teologi
kontemporer harus diorientasikan.
c. Pandangan
Hanafi terhadap al-Quran
Hasan
hanafi adalah seorang tokoh konrtemporer, tetapi dalam pemikirannya ia berbeda
dengan kebanyakan ulama lainnya. Ia tidak mempermasalahkan keotentikan dan
keabsahan teks al-Quran. Menurut Hanafi dari sekian banyak kitab suci yang di
turunkan oleh Allah swt hanya al-Quranlah yang bisa di jamin keasliannya saat
ini. Hanafi juga sepakat dengan ulama terdahulu hanafi menyatakan bahwasanya
Allah swt menurunkan al-Quran secara vertikal kepada nabi Muhammad melalui
malaikat Jibril. Dalam proses vertikal ini Malaikat dan Nabi Muhammad bertindak
sebagi Passive transmiters. Keduanya bertindak sebagai sebagai record
sepenuhnya, sehingga wahyu allah bersifat verbatim.[8]
Sebagai
passive transmitters, Malaikat Jibril dan Nabi Muhammad menyampaikan apa
adanya wahyu yang mereka terima dari Allah. Sebagai contoh, ada beberapa surat
Al-Qur’an yang dimulai dengan huruf-huruf muqaṭṭa’ah seperti Nūn,
Qāf, Yāsīn dan lain sebagainya, kemudian terdapat pula ayat yang mengkritik
Nabi Muhammad seperti yang terdapat pada awal surat Abbasa. Keberadaan
ayat-ayat semacam ini merupakan bukti internal bahwa Al-Qur’an otentik,
terbebas dari campur tangan Nabi Muhammad[9].Hanafi
juga meyakini bahwa semua ayat dalam al-Quran itu mempunyai asbabul
nuzul.Menurut Hasan Hanafi al-Quran sebagai wahyu mempunyai 3 keunggulan
dibandingkan dengan kitab-kitab lainnya.
- Al-Quran adalah kitab terakhir dalam sejarah kenabian sejak nabi Adam as sampai nabi Muhammad saw. Sebagai kitab terakhir adalah ia yang kitab yang sempurna bentuknya, dan oleh karena itu ia dijadikan sumber syariat tanpa harus menunggu perubahan, penggantian dan penghapusan.
- Al-Quran adalah kitab yang paling di jamin keotentikannya, tidak ada perubahan di dalamnya. Berbeda dengan kitab-kitab sebelumnya yang terdapat perubahan didalamnya.
- Al-Quran adalah kitab suci yang terakhir diturunkan dan tidak sekaligus melainkan bertahap sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pada saat itu. Ayat-ayat al-Quran yang turun sebagai penyelesaian atas kondisi pada saat itu. Ayat-ayat tersebut terkumpul selama 23 tahun dan sekarang kita kenal dengan mushaf al-Quran. Menurut Hasan Hanafi membaca teks sama saja dengan memahaminya. Teks adalah perubahan kehendak dari lisan menjadi tulis. Menurutnya teks bukanlah dokumen yang lebih dekat kepada catatan kuno tetapi realitas yang hidup dalam keadaan diam, yang akan terbangkit melalui pembacaan sehinnga hidup kembali dalam berbagai bentuk. Teks bukan saja sebagai bentuk dokumentasian yang bertujuan untuk melestarikan dan untuk mencatat melainkan cermin keotoritasan pengorentasian, koodifikasi dan penetapan hukum.
- Pandangan Hasan Hanafi terhadap Penfsiran Klasik al-Quran
Awal mula Hanafi mengemukakan pendapatnya tentang al-Quran adalah ketika
dia tidak merasa puas dengan teori klasik yang telah dibangun oleh ulama
tafsir. Ia beranggapan bahwa teori yang dipakai tidak memiliki teori yang
solid yang memiliki prinsip-prinsip yang teruji dan terseleksi. Karena
penafsiran model klasik ini tidak menginjak pada level syarah (komentar),
tafsil (detailisasi) dan tikrar (pengulangan) serta penjelas tentang apa
point-point yang harus di tekankan ketika menafsirkan ayat/surah tertentu.
disisi lain ia mengabaikan kehidupan, problem, kebutuhan manusia yanag
mengakibatkan teks tersebut hanya berkutat pada dirinya sendiri.Teori tafsir
adalh teori yang menghbungkan antara wahyu dan realitaz( antara dunia dan
akhirat dan manusia dg tuhan). Menurut Hasan Hanafi problematika penafsiran
al-Quran klasik ada 2 hal yang berpengaruh besar. Pertama tentang krisis
Orientasi dan yang kedua adalah krisis Epistimologi.
a.
Krisis
Orientasi Hanafi
menginginkan penafsiran al-Quran menjadi sumber rujukan utama dalam bidang
keilmuan lainnya seperti filsafat, fiqih, tasawuf ushul fiqih dll. Penafsiran
klasik tidak pernah tuntas dan tafsir ini hanya terjebak pada orientasi
metodologis dari disiplin ilmu klasik islam.
Dalam penafsiran ini al-Quran lebih
banyak digunakan sebagai justifikasi atas posisi keilmuan lain daripada
memahaninya secara sunggung-sungguh. al-Quran dipaksakan untuk menguatkan
posisi ilmu yang lain. Orientasi tafsir klasik menurut hasan hanafi mempunyai 3
kelemahan. Pertama penafsiran ini lebih bersifat teosentris daripada
antroposentris. Kedua, berujukan kepada lingkup islam klasik, dan yang terakhir
tidak pernah dimulai dengan mengkritik.
b. Krisis
epistimologis Kebanyakan
tafsir yang klasik hanya skedar menjelaskan masalah-masalah yang tidak
menyinggung dengan permasalahan masyarakat. Di dalamnya hanya mengulang-ngulang
saja pendapat para ulama terdahulu dan mengemasnya dengan berbagai argumen.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasan Hanafi adalah tokoh pemikir modern dan penggerak dalam dunia islam.
Ia mempunyai berbagai pemikiran yang reformis dan revolusioner dalam pembaharu
pemikiran-pemikiran islam. Ide-ide pemikiran ini berada pada berbagai bidang,
tetapi hanya beberapa pemikiran beliau yang sangat fenomenal dan sangat
berpengaruh hingga sekarang.
Teori ini ingin menghapus adanya sekat-sekat yang ada dalam realitas
masyarakat seperti tuan dengan hambanya, atasan dengan bawahannya, si kaya dan
si miskin, dll.Inti pemikiran yang kedua yaitu dengan tentang Hermeneutika
Al-Quran. Pemikiran mengkritik tentang model penafsiran klasik yang hanya
berkutat menafsirkan yang berhubungan dengan teosentris saja tanpa ada pengaruh
terhadap realita kehidupan.
Ia juga memberikan model-model
penafsiran yang berhubungan keadaan sekarang.Pemikiran yang ketiga adalah
tentang oksidentalisme, dimana ia orang pertama yang mencetuskan tentang term
oksidentalisme. Pemikiran ini muncul sebagai reaksi dia terhadap hegemoni
bangsa barat yang selalu mendominasi setiap unsur kehidupan.
B.
Saran
Demikian Makalah yang saya jelaskan diatas,Mungkin ini adalah gambaran
sekilas tentang pemikiran hasan hanafi yang dapat kami sampaikan. Tentunya
banyak sekali pemikiran dari Hasan Hanafi yang belum sempat terbahas.
pembahasan di atas hanyalah sebagian kecil dari hasil pemikirannnya.saya harap Makalah ini dapat memberi manfaat
khususnya bagi saya dan teman-teman prodi PAI khususnya lokal VI D, kritik dan saran sangat
saya harapkan atas
kekurangan Makalah yang
saya buat dan tak lupa pula saya memohon maaf apabila terdapat kesalahan baik
disengaja atau pun tidak disengaja.
No comments:
Post a Comment