MAKALAH
PSIKOLOGI
“PERKEMBANGAN
SOSIALISASI”
Di Susun
Oleh :
Mutiara
(12562015)
Rati Rahayu
(12562023)
Dosen
Pembimbing :
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM (STAIN) CURUP
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Peserta didik adalah makhluk sosial.
Sebagai makhluk sosial, ia membutuhkan orang lain untuk dapat tumbuh kembang
menjadi manusia yang utuh. Dalam perkembangannya, pendapat dan sikap peserta
didik dapat berubah karena interaksi dan saling berpengaruh antar sesama
peserta didik maupun dengan proses sosialisasi. Dengan mempelajari perkembangan
hubungan sosial diharapkan dapat memahami pengertian dan proses sosialisasi
peserta didik.
Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat
sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang
lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman
bergaul dengan orang-orang dilingkungannya.
Kebutuhan berinteraksi dengan orang
lain telah dirasakan sejak usia enam bulan, disaat itu mereka telah mampu
mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mampu
membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang
mendengar suara keras) dan kasih sayang.
Dari hal-hal yang diuraikan di atas
maka kami ingin membuat makalah dengan judul “Perkembangan
Sosialisasi”
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perkembangan Sosialisasi
Kehidupan anak dalam menelusuri
perkembangannya itu pada dasarnya merupakan kemampuan mereka berinteraksi
dengan lingkungan. Pada proses integrasi dan interaksi ini faktor intelektual
dan emosional mengambil peranan penting. Proses tersebut merupakan proses
sosialisasi yang mendudukkan anak-anak sebagai insan yang secara aktif
melakukan proses sosialisasi. Manusia sebagai makhluk sosial, senantiasa
berhubungan dengan sesama manusia. Bersosisalisasi merupakan proses penyesuaian
diri terhadap lingkungan kehidupan sosial, bagaimana seharusnya seseorang hidup
di dalam kelompoknya, baik dalam kelompok kecil maupun kelompok masyarakat
luas.
Hubungan sosial (sosialisasi) merupakan
hubungan antarmanusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial dimulai dari
tingkat yang sederhana dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan sederhana.
Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi semakin kompleks
dan tingkat hubungan sosial juga berkembang menjadi amat kompleks. Jadi,
pengertian perkembangan sosial adalah berkembangnya tingkat hubungan
antarmanusia sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia.
Belajar hidup bersosialisasi memerlukan sekurangnya tiga
proses berikut.
Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial.
Setiap kelompok sosial mempunyai standar bagi para
anggotanya tentang perilaku yang dapat diterima dalam kelompok tersebut.
Memainkan peran sosial yang dapat
diterima.
Agar dapat diterima dalam kelompok selain dapat
menyesuaikan perilaku dengan standar kelompok, seseorang juga dituntut
untuk memainkan peran sosial dalam bentuk pola-pola kebiasaan yang telah
disetujui dan ditentukan oleh para anggota kelompok.
Perkembangan sikap sosial.
Untuk dapat bergaul dalam masyarakat, seseorang juga
harus menyukai orang atau terlibat dalam aktivitas sosial tertentu. Jika anak
dapat melakukannya dengan baik, maka ia dapat melakukan penyesuaian sosial yang
baik dan diterima sebagai anggota kelompok.
2.2 Karakteristik Perkembangan Sosial Remaja
Remaja pada tingkat perkembangan anak
yang telah mencapai jenjang menjelang dewasa. Pada jenjang ini, kebutuhan
remaja telah cukup kompleks, cakrawala interaksi sosial dan pergaulan remaja
telah cukup luas. Dalam penyesuaian diri terhadap lingkungannya, remaja telah
mulai memperlihatkan dan mengenal berbagai norma pergaulan, yang berbeda dengan
norma yang berlaku sebelumnya di dalam keluarganya. Remaja menghadapi berbagai
lingkungan, bukan saja bergaul dengan berbagai kelompok umur. Dengan demikian,
remaja mulai memahami norma pergaulan dengan kelompok remaja, kelompok
anak-anak, kelompok dewasa, dan kelompok orang tua. Pergaulan dengan sesama
remaja lawan jenis dirasakan yang paling penting tetapi cukup sulit, karena di
samping harus memperhatikan norma pergaulan sesama remaja, juga terselip pemikiran
adanya kebutuhan masa depan untuk memilih teman hidup.
Karakteristik perkembangan sosial remaja sebagai berikut:
Berkembangnya Kesadaran akan Kesunyian dan Dorongan akan
Pergaulan, Kesadaran akan kesunyian menyebabkan remaja berusaha mencari
kompensasi dengan mencari hubungan denga orang lain atau berusaha mencari
pergaulan.
Langeveld (Simanjuntak dan Pasaribu, 1984 : 152)
berpendapat bahwa kemiskinan akan hubungan atau perasaan kesunyian remaja
disertai kesadaran sosial psikologis yang menimbulkan dorongan yang kuat akan
pentingnya pergaulan untuk menemukan suatu bentuk sendiri.
Adanya Upaya Memilih Nilai-nilai
Sosial.
Terdapat dua
kemungkinan yang ditempuh oleh remaja ketika berhadapan dengan
nilai-nilai sosial tertentu yaitu menyesuaika diri dengan nilai-nilai tersebut
atau tetap pada pendirian dengan segala akibatnya, namun ada kemungkinan
seseorang tidak akan menuntut norma-norma sosial yang demikian mutlak, tetapi
tidak pula menolak seluruhnya.
Meningkatkan Ketertarikan pada Lawan
Jenis.
Dalam konteks ini masa remaja seringkali disebut juga sebagai masa biseksual
(Sunarto: 1998) mengistilahkan bahwa dunia remaja telah menjadi dunia erotis
artinya keinginan membangun hubungan sosial dengan jenis kelamin lain dipandang
sebagai sudut yang berpangkal pada kesadaran akan kesunyian.
Mulai Cenderung Memilih Karier
Tertentu.
Kuhlen
mengatakan bahwa ketika sudah memasuki masa remaja akhir, mulai tampak
kecendurangan untuk memilih karier tertentu meskipun dalam pemilihan karier
tersebut masih mengalami kesulitan (Simanjuntak dan Pasaribu, 1984)
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial manusia dipengaruhi
oleh beberapa faktor , yaitu:
-Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama
yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk
perkembangan sosialnya. Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan
kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan
bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas
ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga. Jadi, pada dasarnya keluarga merekayasa
perilaku kehidupan anak.
-Kematangan
Bersosialisasi memerlukan kematangan
fisik dan psikis. Untuk mampu mempertimbangkan dalam proses sosialisai, memberi
dan menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan
emosional, juga kematangan berbahasa. Kematangan fisik juga diperlukan
sehingga setiap orang fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik.
-Status Sosial
Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi
oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat.
Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai anak yang independen, namun akan
dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu, “ia anak siapa”.
Dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya akan memperhitungkan
norma yang berlaku di dalam keluarganya.
-Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi
yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang
normatif, akan memberi warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan
kehidupan mereka di masa yang akan datang. Penanaman norma perilaku yang benar
secara sengaja diberikan peserta didik yang belajar di kelembagaan pendidikan
(sekolah). Etika pergaulan dan pendidikan moral diajarkan secara terprogram
dengan tujuan untuk membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
-Kapasitas
Mental: Emosi dan Intelegensi
Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi
banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak
yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik.
Oleh karena itu, kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berrbahasa baik, dan
pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam
perkembangan sosial anak.
2.4 Pengaruh Perkembangan Sosial terhadap
Tingkah Laku
Pada perkembangan sosial, para remaja
dapat memikirkan perihal dirinya dan orang lain. Pemikiran itu akan terwujud
dalam refleksi diri, yang sering mengarah ke penilaian diri dan kritik serta
hasil pergaulannya dengan orang lain yang sangat mungkin dapat merubah tingkah
lakunya.
Pemikiran remaja sering dipengaruhi
oleh ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi
dan orang lain, termasuk orang tuanya. Misalnya, tata cara, adat istiadat, yang
berlaku di keluarga sering terasa terjadi pertentangan dengan sikap kritis yang
tampak pada perilakunya.
Selain itu, pengaruh egosentris masih
sering terlibat dalam pikiran remaja:
Cita-cita dan idealisme yang terlalu baik, terlalu
menitikberatkan pikiran sendiri, tanpa memikirkan akibat lebih lanjut dan tanpa
memperhitungkan kesulitan praktis yang mungkin tidak berhasil menyelesaikan
persoalan.
Kemampuan berpikir dengan pendapat
sendiri belum disertai pendapat orang lain dalam penilaiannya. Pandangan dan
penilaian diri dianggap sama dengan pandangan orang lain mengenai dirinya.
2.5 Upaya Pengembangan Hubungan Sosial Remaja dan
Implikasinya dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Remaja yang
dalam masa mencari dan ingin menentukan jati dirinya memiliki sikap yang
terlalu tinggi menilai dirinya atau sebaliknya. Mereka belummemahami benar
tentang norma-norma social yang berlaku di dalam kehidupan bermasyarakat.
Keduanya dapat menimbulkan hubungan social yang kuarang serasi, karena mereka
sukar untuk menerima norma sesuai dengan kondisi dalam kelompok atau
masyarakat. Sikap menentang dan sikap canggung dalam pergaulan akan merugikan
kedua belah pihak. Oleh karena itu, diperlukan adanya upaya pengembangan
hubungan social remaja yang diawali dari lingkungan keluarga, sekolah serta
lingkungan masyarakat.
Lingkungan Keluarga
Orang tua hendaknya mengakui kedewasaan
remaja dengan jalan memberikan kebebasan terbimbing untuk mengambil keputusan
dan tanggung jawab sendiri. Iklim kehidupan keluarga yang memberikan kesempatan
secara maksimal terhadp pertumbuhan dan perkembangan anak akan dapat membantu
anak memiliki kebebasan psikologis untuk mengungkapkan perasaannya. Dengan
cara demikian, remaja akan merasa bahwa dirinya dihargai, diterima, dicintai,
dan dihormati sebagai manusia oleh orang tua dan anggota keluarga
lainnya.
Dalam konteks bimbingan orang tua
terhadap remaja, Hoffman (1989) mengemukakan tiga jenis pola asuh orang tua
yaitu :
-Pola asuh bina kasih (induction)
Yaitu pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik
anaknya dengan senantiasa memberikan penjelasan yang masuk akal terhadap setiap
keputusan dan perlakuan yang diambil oleh anaknya.
-Pola asuh unjuk kuasa (power assertion)
Yaitu pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik
anaknya dengan senantiasa memaksakan kehendaknya untuk dipatuhi oleh anak
meskipun anak tidak dapat menerimanya.
-Pola asuh lepas kasih (love withdrawal)
Yaitu pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik
anaknya dengan cara menarik sementara cinta kasihnya ketika anak tidak
menjalankan apa yang dikehendaki orang tuanya, tetapi jika anak sudah mau
melaksanakan apa yang dihendaki orang tuanya maka cinta kasihnya itu
dikembalikan seperti sediakala. Dalam konteks pengembangan kepribadian remaja,
termasuk didalamnya pengembangan hubungan sosial, pola asuh yang disarankan
oleh Hoffman (1989) untuk diterpakan adalah pola asuh bina kasih (induction).
Artinya, setiap keputusan yang diambil oleh orang tua tentang anak remajanya
atau setiap perlakuan yang diberikan orang tua terhadap anak remajanya harus
senantiasa disertai dengan penjelasan atau alasan yang rasional. Dengan cara
demikian, remaja akan dapat mengembangkan pemikirannya untuk kemudian mengambil
keputusan mengikuti atau tidak terhadap keputusan atau perlakuan orang tuanya
Lingkungan Sekolah
Di dalam mengembankan hubungan social
remaja, guru juga harus mampu mengembangkan proses pendidikan yang bersifat
demokratis, guru harus berupaya agar pelajaran yang diberikan selalu cukup
menarik minat anak, sebab tidak jarang anak menganggap pelajaran yang diberikan
oleh guru kepadanya tidak bermanfaat. Tugas guru tidak hanya semata-mata
mengajar tetapi juga mendidik. Artinya, selain menyampaikan pelajaran sebagai
upaya mentransfer pengetahuan kepada peserta didik, juga harus membina para
peserta didik menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab. Dengan demikian,
perkembangan hubungan sosial remaja akan dapat berkembang secara maksimal.
Lingkungan Masyarakat
Penciptaan kelompok sosial remaja perlu
dikembangkan untuk memberika
rangsang kepada mereka kearah perilaku yang bermanfaat.
Perlu sering diadakan kegiatan kerja
bakti , bakti karya untuk dapat mempelajari remaja bersosialisasi sesamanya dan
masyarakat .
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perkembangan social adalah
berkembangnya tingkat hubungan antarmanusia sehubungan dengan meningkatnya
kenutuhan hidup manusia.
Perhatian remaja mulai tertuju pada
pergaulan di dalam masyarakat dan mereka membutuhkan pemahaman tentang norma
kehidupan yang kompleks. Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam bentuk
kehidupan kelompok terutama kelompok sebaya.
Perkembangan anak remaja
dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu : kondisi keluarga, kematangan anak,
status social ekonomi keluarga, pendidikan, dan kapasitas mental terutama
intelek dan emosi.
Hubungan social remaja terutama yang
berkaitan dengan proses penyesuaian diri berpengaruh terhadap tingkah laku,
seperti remaja keras, remaja yang mengisolasi diri, remaja yang bersifat egois
dan sebagainya.
3.2 Saran
Sebagai suatu proses yang dinamis, pendidikan akan
senantiasa berkembang dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan yang
terjadi di lingkungan umumnya. Salah satu ciri dari perkembangan pendidikan
adalah adanya perubahan-perubahan dalam berbagai komponen sistem pendidikan
seperti kurikulum strategi belajar-mengajar, alat bantu mengajar, sara dan
prasarana, sumber-sumber dan sebagainya. Perkembangan ini sudah tentu akan
mempengaruhi kehidupan para siswa baik dalam bidang akademik, sosial maupun
pribadi.
Oleh karena itu para siswa diharapkan mampu menyesuaikan
diri dengan setiap perkembangan pendidikan yang terjadi untuk mencapai sukses
yang berarti dalam keseluruhan proses belajar.
No comments:
Post a Comment